Ya Allah…sungguh diri ini penuh dengan noda lumpur, tubuh ini belepotan dengan debu-debu dosa yang senantiasa menempel hingga lusuh badan ini. Sungguh tak kuasa wajah ini tengadah menatapMu, karena wajah ini penuh dengan coreng-coreng dosa. Ya Allah,,,hanya Engkau siapa yang tahu siapa diri ini, diri yang penuh dengan cela. Sungguh diri ini takut Kau tinggalkan, biarlah diri ini dilupakan manusia namun janganlah sampai diri Engkau tinggalkan. Jadi apakah diri ini kala Engkau tinggalkan.

Ya Robb pemilik jiwa yang lemah ini, sungguh diri ini hanya menggantungkan asa dan harap hanya padaMu. Sungguh tak ada guna gantungkan asa dan harap pada makhlukMu, sungguh rugilah serugi-ruginya diri ini kala pengharapan seutuhnya jatuh pada makhlukMu. Karena diri tahu bahwa Engkaulah the only one, tak bisa terganti. Sungguh ancamanMu sangat keras, manakala diri berharap pada selain Engkau maka Kau kan menyuruhku tuk pergi dari rumahMu tuk mencari rumah lain. Maka hendak kemana lagi diri ini kan mencarinya???

Sungguh sedih diri ini melihat ummat yang lebih sedih kala salah pada manusia ketimbang kala salah padaMu. Seakan mereka lebih mengutamakan makhlukMu ketimbang diriMu, padahal diatas itu semua sudah seharusnya Engkaulah segala muara. Sungguh sedih kala seorang anak manusia lebih sedih manakala tak bisa membahagiakan “pacarnya” ketimbang tak bisa bahagiakan orang tuanya, padahal sudah jelas bahwa mereka belumlah sah dan potensi dosa teramat sangat besar. Sebenarnya ridho orang tua adalah ridhoMu jua, tak jarang pula rela memilih sang “pacar” ketimbang orang tua. Sunggu mata mereka melihat dengan normal, namun hati mereka terbutakan oleh nafsu. Hingga tak mampu melihat mana yang benar dan mana yang salah.

Ya Robb…sungguh ummat ini sedang dicoba dengan segala kenikmatan, namun kenikmatan yang kadang melalaikan diri. Generasi muda sekarang teramat banyak jatuh di lembah hedonis, jatuh di jurang “pacaran” yang penuh bunga yang indah nun harum namun penuh dengan racun, ya…racun dosa. Entah harus bagaimana lagi agar generasi terselamatkan. Ditengah gencarnya senjata yang kian membuai mereka, dalih untuk memompa motivasi, malah memompa dosa.

Ya Robb…diri ini mencoba untuk sedikit-sedikit mengikis debu yang menempel dalam tubuh ini, namun diri ini hanyalah jiwa yang lemah oleh karena itu mohonlah kekuatan agar diri ini diberi keistiqomahan dalam membersihkan diri, sungguh diri ini banyak mau tapi diri ini sadar benar akan posisi. Sungguh betapa naif diri ini jika tak ingat diriMu, dimalam ini sungguh ingin menumpahkan air mata, sungguh berat rasa kala menguraikan setiap dosa yang terhimpun dalam jiwa yang lemah, sungguh kertas ini telah penuh dengan coretan noda, bukanlah coretan amalan baik. Do’a qalbu tak bisa terbendung bak hujan yang deras di tengah gurun sahara. Sungguh sebuah nasyid dari hambaMu yang penuh syukur “Mupla” telah menggiring diri lebih dalam menyelami kedangkalan hati yang sudah keruh dengan pasir dosa, sungguh hati telah dangkal oleh proses erosi dosa yang kian besar. Namun ada satu keyakinan bahwasanya Engkau sesuai dengan prasangka hambaMu, sungguh kan indah manakala berhusnudzon atas segala pemberianMu.

Semoga diri ini tak kan menjadi orang yang merugi, seperti perkataan Ibnu Mas’ud “Tak ada yang lebih aku sesali daripada penyesalanku terhadap hari dimana ketika matahari tenggelam, sementara umurku berkurang tapi amalku tidak bertambah.” Insya Allah.